Tuesday 26 April 2011

Sebuah renungan tentang "Kakak dan Adik"


Pada suatu hari, ada sebuah keluarga yang memiliki anak lelaki kembar. Mereka sungguh serupa namun berbeda tabiat. Seiring berjalannya waktu, terlihatlah perbedaan tabiat mereka. Si kakak tumbuh menjadi seorang anak yang baik, patuh pada orang tua dan menyayangi keluarga. Sedangkan Si adik tumbuh menjadi seorang anak yang suka membangkang, nakal, licik, dan jarang pulang.

Beberapa tahun pun telah berlalu, mereka tumbuh menjadi orang yang terkenal di kalangannya. Si kakak tumbuh menjadi seorang pelajar yang terkenal akan keahliannya dalam bidang hukum, sehingga ia diangkat menjadi Hakim pada usia yang cukup muda. Sedangkan Si adik tumbuh menjadi seorang preman jalanan yang terkenal dan ditakuti banyak orang apalagi ia dan perkumpulannya sangat sulit untuk ditangkap. 

Sampai suatu hari, kejadian yang cukup naas menimpa sang adik. Ketika ia sedang asik melakukan kejahatan, ia berhasil ditangkap dan dibawa ke pengadilan untuk diadili. Ia dibawa menghadap Hakim muda yang tak lain adalah kakaknya. 

Ketika sang adik sampai di hadapan Hakim, banyak orang berkerumun dan berbisik-bisik apa yang hakim bijak ini akan lakukan untuk menghukum penjahat yang tak lain adalah saudara kembarnya sendiri? "Ah, lihat saja, apa ia berani menghukum adiknya sendiri?", kata seorang rakyat. "Sebaiknya ia harus melepaskan, itu kan adik kandung yang sedarah dengannya, begitu tegakah ia menghukum adiknya sendiri?", kata seorang rakyat pada temannya. "Hukum saja, kalo ia bijaksana, ia tau untuk bekerja profesional!", kata seorang rakyat.

Banyaknya uneg-uneg yang dikeluarkan masyarakat yang menyaksikan persidangan tersebut, membuat si kakak bingung untuk memutuskan. Setelah beberapa lama, akhirnya si kakak mengambil keputusan akhir. Walau berat, ia memutuskan untuk menjatuhkan Hukuman Mati kepada si adik. Ketika mendapat vonis tersebut, si adik kaget mendengarnya dan betapa sedihnya ia saat itu. 

Keesokan paginya yaitu hari pengadilannya. Orang sudah ramai berdatangan ke alun-alun kota untuk melihat sang adik diadili hukuman gantung. Sang adik telah ditutupi kain hitam diatas kepalanya dan siap digantung. Tak beberapa jauh dari alun-alun tersebut, sang hakim melihat dan menangis terisak-isak melihat peristiwa tersebut. 

Malam sebelum hari hukuman gantung dijalankan, sang kakak gelisah dan berpikir keras. Hatinya tidak tenang dan berjalan mondar-mandir terus-terusan. Sampai akhirnya ia mengambil keputusan untuk mengunjungi sang adik di penjara untuk terakhir kalinya. 

Sesampainya ia di penjara, ia meminta ijin kepada penjaga untuk bertemu dengan adiknya terakhir kalinya. Penjaga mengijinkan. Betapa kagetnya sang adik melihat kakanya datang untuk menemuinya. "Adik, lepaskan bajumu saat ini dan pakailah baju hakimku!", kata sang kakak. Adiknya yang tidak mengerti apa maksud kakanya segera melepaskan bajunya dan mengenakan baju hakimnya. "Bagus, sekarang kamu pergilah keluar, berbuat baiklah saat ini, jadilah seorang yang lebih baik lagi!", kata sang kakak. Lalu adik itu pun keluar dan menangis, mengertilah ia apa maksud kakaknya.


Cerita di atas ialah cerita refleksi tentang apa yang Tuhan Yesus lakukan untuk kita anak-Nya. Sama seperti si Kakak, Tuhan rela menggantikan posisi kita agar kita mau bertobat dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi sehingga kita pun bisa menjadi berkat bagi sesama. 

Semoga renungan singkat diatas bisa menjadi refleksi yang baik bagi hidup kita.. GBU.. :)

_dP-26.04.2011_

Sunday 24 April 2011

TUHAN bilang kamu Indah...
DimataNYA ada wajahmu...
DitanganNYA ada namamu...
Dalam air mataNYA ada cinta untukmu...

DIA bisa pilih tempat dimana saja, tapi DIA pilih hatimu...
TUHAN mampu melakukan segala sesuatu, bahkan hal yang mustahil sekalipun...
Hanya satu yang tak mampu IA lakukan,
IA tak mampu berhenti mengasihimu...