Seorang anak perempuan berumur 15 tahun, ditegur oleh ibunya
karena ketawan merencanakan pergi berkencan dengan teman lelaki barunya yang
berumur 17 tahun. Sang ibu membicarakan tentang masalah ini kepada ayahnya.
Sebagai seorang polisi di kota itu yang selalu berhasil menjaga keamanan kota
itu, sang ayah tidak bisa mengijinkan anak perempuannya pergi begitu saja
dengan seorang anak laki-laki yang bahkan belum ia kenal. Ayahnya pun
mendatangi anak perempuannya dan menasihati anaknya bahwa ia tidak akan
mengijinkannya untuk pergi dengan teman lelakinya karena selain dia masih
berumur 15 tahun, dia pun tidak mengenal teman lelaki anaknya tersebut, itulah
yang membuatnya sangat khawatir. Dengan berat hati dan marah, anak perempuannya
masuk ke kamarnya.
Beberapa hari kemudian, ketika si ayah sedang memasak untuk
menyiapkan makan malam, bel pintu rumah mereka berbunyi. Si anak perempuan itu
membukakan pintunya dan kaget melihat teman lelakinya datang saati itu. Dengan segera,
ia menutup pintu rumahnya dan berbicara dengan teman lelakinya itu di luar
tanpa mempersilahkan ia masuk. Anak perempuan itu menanyakan maksud kedatangan
teman lelakinya tersebut dengan membawa mobil mewah yang di parkir di depan
rumahnya. Teman lelakinya pun menjelaskan bahwa ia ingin mengajak si anak
perempuan itu berkencan. Sebelum anak perempuan itu menjawab, ayah anak
perempuan itu pun keluar dan menyuruh anaknya masuk selagi ia ingin berbicara
sedikit dengan teman lelaki anaknya itu. Sang ayah menjelaskan kepada si teman
lelaki anaknya itu bahwa ia tidak akan mengijinkan anaknya untuk pergi
berkencan dengannya karena ia masih kecil dan ia pun belum mengenal siapa teman
lelaki anaknya itu, maka ia pun mengundang teman lelaki anaknya itu untuk makan
siang bersama pada hari Minggu. Namun, teman lelaki anaknya itu menolaknya
dengan kasar dan pergi begitu saja.
Beberapa minggu berlalu, ketika sang ayah dan rekannya sedang
berpatroli, mereka mencurigai sebuah mobil dan menyuruh mobil itu untuk berhenti.
Ketika sang ayah dan rekannya mendekati mobil itu, pengendara mobil itu
mengeluarkan senjata dan berusaha menembak para polisi tersebut. Alhasil,
terjadilah baku tembak antara sang ayah dan rekannya, beserta pengemudi dan 2
rekannya. Setelah 1 jam baku tembak berlangsung, akhirnya ketiga penjahat
tersebut berhasil dilumpuhkan. Mereka adalah pemimpin dan anggota geng yang
sangat terkenal dalam hal peredaran
narkoba, pencurian, dan pembunuhan. Betapa kagetnya sang ayah, ketika melihat
salah satu dari rekan pengemudi yang ditangkap tersebut ialah teman lelaki anak
perempuannya. Ia sadar bahwa intuisinya sebagai ayah begitu kuat untuk menjaga
keluarganya.
Seminggu setelah kejadian baku tembak tersebut, sang ayah
mengajak anak perempuannya untuk makan malam di salah satu restoran yang begitu
bagus. Anak perempuannya diminta memakai gaun yang cantik, sedangkan ayahnya
menggunakan jas terbaiknya. Mereka hanya pergi berdua untuk makan malam dengan
alasan hari itu adalah hari spesial ayah dan anak perempuannya. Saat tiba di
restoran dan disiapkan meja oleh para pelayan, sang ayah pun menjelaskan kepada
anak perempuannya, “Anakku, ayah hanya ingin kamu tahu bahwa ayah sangat
menyayangimu dan ingin memberikan yang terbaik untukmu. Maka, jangan pernah
menganggap ayah ini kolot karena tidak memperbolehkanmu keluar dengan teman
lelakimu. Sebelum kamu lahir, ayah dan ibumu sudah berjanji dengan Tuhan, bahwa
kami akan menjagamu selalu. Terutama ayah sebagai kepala keluarga, memiliki
tanggung jawab yang begitu besar dengan Tuhan untuk menjaga kamu, ibumu, dan
adik-adikmu. Percayalah anakku, ketika orang yang pantas untuk mengajakmu
berkencan itu tiba, ayah tidak akan melarangmu, karena ayah tahu dia pasti
hidup di dalam Tuhan., karena mereka yang hidup di dalam Tuhan, pasti bisa
mencintai dan menghargaimu. Maka, dialah yang terbaik untukmu yang diberikan
Tuhan.”, Sang ayah pun mengeluarkan sebuah kotak cincin dan membukanya. Cincin
yang begitu indah dengan grafir nama ayah dan ibu dibaliknya, diberikan sang
ayah kepada anak perempuan tercintanya., “Anakku, ini adalah cincin yang ayah
dan ibumu berikan kepadamu, sebagai simbol kemurnian dan komitmen yang kamu
miliki dengan kami dan khususnya dengan Tuhan, pakailah ini sampai nanti
saatnya kamu menggantikan cincin ini dengan cincin pernikahan yang diberikan
suamimu. Dan saat itu, ayah yakin bahwa dialah orang yang tepat untukmu.”
Anak perempuan yang menerima cincin tersebut menangis dan
begitu bahagia karena memiliki ayah yang luar biasa dan keluarga yang terus
mengingatkannya akan kasih Tuhan yang begitu indah dalam hidupnya. Sekarang
barulah anak itu menyadari bahwa ayahnya memiliki alasan yang tepat untuk tidak
membiarkannya pergi sembarangan dengan teman lelakinya, karena intuisi orang
tua tidak akan pernah salah.
Semoga cerita di atas menyadarkan kita:
Bahwa sebagai anak
kita diminta untuk bisa merefleksikan diri kita sendiri dan jangan terbawa
keegoisan semata. Ketika orang tua melarang kita untuk pergi ke luar dengan
orang yang kita sukai, bukan karena mereka tidak memiliki alasan dalam melarang
kita, karena mereka ingin menjaga kita sebagai titipan Tuhan yang harus dijaga.
Tuhan punya rencana di setiap hidup kita, masing-masing rencana tidaklah sama.
Maka, jalanilah hidup kita sesuai dengan rencana Tuhan dan tetap percaya di
dalam jalanNya.
Bahwa sebagai orang tua
kita diminta untuk bisa terus menjaga dan merawat anak kita. Anak adalah
titipan Tuhan yang harus kita jaga. Didiklah mereka di dalam Tuhan, sehingga
ketika mereka tumbuh dewasa, mereka akan bisa menemukan orang yang dapat terus
membuatnya berkembang di dalam Tuhan. Saat itulah saat dimana kita menyerahkan
anak kita kepada mereka yang telah dipilih Tuhan untuk mendampingi anak kita untuk
melanjutkan hidupnya sesuai dengan rencana Tuhan.
-dP. 12 May 2012-